Hari ini, saya dan 10
orang teman Asrama Mahasiswi Lampung (Amila) menonton pentas tari di
Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Sebenarnya dari kemarin, Aline salah satu member of Amila sudah woro-woro untuk hadir di Ujian terbuka
Mata Kuliah Koreografi 2. Bagi saya, ini adalah kesempatan refreshing karena hari-hariku hanya di asrama saja, dipusingkan
dengan beratnya mengerjakan Tesis. Seperti biasa saya dan teman-teman berangkat
ke suatu acara dengan kompoi. Begitu juga
hari ini kami pergi ke lokasi dengan saling bocengan. Hari ini saya dibonceng
oleh Dyresti (teman di Amila juga). Setibanya kami di lokasi pentas, rupanya
acara sudah dimulai dengan tarian dari teman Aline yang lain. Sementara Aline
mendapatkan urutan ke-6.
Aline merupakan sang
koreografer yang menciptakan tarian kreasi dengan 2 orang penari yang berjudul “Muli
Mesunakh”. Mengutip langsung dari sang koreografer sinopsis singkat tarian
tersebut adalah sebagai berikut:
“Diilhami
dari cerita rakyat Lampung tentang kebiasaan gadis remaja yang bermain dan
berjalan di sekitar kampung dengan diterangi cahaya Lampion. Lampion ini simbol
karakter remaja Lampung, mesunakh mak
ketenggakhah yang berarti bercahaya namun tidak menyilaukan.”
Tarian demi tarian
saya lewati dengan sesekali saya abadikan beberapa gambar melalui digital camera kesayangan. Walaupun saya
tidak mengerti alur cerita dari tarian kreasi itu, tapi saya menikmatinya. Yang
ada dalam pikiran saya, besar juga biaya mahasiswa jurusan Seni Tari. Mereka harus
membuat musik, menciptakan gerakan, dan mendesain costume dengan sendiri. Ditambah mereka harus mencari penari yang
akan membawakan tarian mereka di depan Dosen Penguji. Mata kuliah Koreografer
II ini merupakan wajib lulus, jika lulus selanjutnya dapat mengambil mata
kuliah Koreografer 3, begitulah jenjangnya.
Dari performence
beberapa tarian kreasi tersebut, penarinya merupakan anak-anak dan
remaja-remaja yang berasal dari sanggar tari sekitar. Saya tidak mengenal
koreografer yang lain, saya hanya mengenal Aline. Berdasarkan informasi dari
Aline, bahwa penarinya adalah remaja sekolah kelas 1 SMP dan kelas 3 SMP. Aline
dan penarinya sering latihan di sanggar anak-anak tersebut.
Menurut pengamatan,
sebagai teman seasrama bahwa dalam mengerjakan proyeknya, Aline juga dibantu oleh teman-teman yang lain. Inilah yang
menguatkan ikatan persaudaraan mahasiswa Lampung yang tergabung dalam
kegiatan-kegiatan seni Lampung di Jogjakarta. Sebut saja, untuk musik, sinopsis
dan perlengkapan tari, Aline banyak diskusi dengan seniornya yang telah banyak
pengalaman tentang pentas seni Lampung (beberapa senior tinggal di Asrama
Mahasiswa Lampung/AML untuk putra). Secara kebetulan, di Amila juga ada
beberapa mahasiswi jurusan Seni Tari yang merupakan senior Aline juga. Wah hebat
ya, anak-anak seni. Sampai-sampai saya berkata dengan salah seorang teman saya,”saya
salut sama anak-anak ilmu terapan, karyanya jelas kelihatan. Kalau anak-anak
ilmu murni, banyak bicara teori.” Tapi walaupun demikian, saya sadar gak baik
cemburu dengan ilmu lain. Hehehehe
Luar biasa penari “Muli
Mesunakh” nampak cantik dengan costume
rancangan sang koreografer, energyc,
dan dimata saya sangat kompak. Sayapun turut senang dengan penampilan mereka,
apalagi sang koreografernya ya....hemmmm selamat ya Aline. Terus semangat untuk
berkarya, Lampung butuh orang-orang kreatif seperti kamu dan teman-teman seni
yang lain (Colek>>>Erin, Indit, Reni,dll.) I’m proud to you -;) @Asnani Azzasharma