Dunia maya
atau internet, menjadi tempat yang paling strategis saat ini untuk
promosi/mengiklankan produk, karena internet semakin banyak peminatnya. Selain itu
melalui internet dirasa efektif dan efisien untuk memasarkan product. Strategi ini di tanggkap oleh
para marketing, karena melihat gejala masyarakat yang tertarik bergabung di
dunia maya tersebutpun tidak mengenal usia, pendidikan dan status sosial,
bahkan dari kota ke desa juga mulai mengenal internet. Budaya masyarakat
indonesia yang ikut-ikutan (gaul), merupakan peluang bagi para pebisnis untuk
mendesign tampilan internet sebagus mungkin. Itu karena diharapkan konsumen
betah berlama-lama di depan komputer dibandingkan melakukan hal yang produktif
lain. Berlama-lama di depan komputer ternyata hanya mengklak-klik link yang ada
pada tampilan web yang sedang dibuka.
Sejalan dengan
upaya-upaya para pebisnis internet, dimunculkan pemahaman kepada masyarakat
luas bahwa “yang tidak kenal internet adalah gaptek”. Jika tidak
mengenal internet, maka dianggap cupu
alias ketinggalan jaman. Oleh karenanya masyarakat luas berlomba-lomba
mendapatkan fasilitas yang dapat menghubungakan mereka ke access internet. Mulai dari tumbuh suburnya warnet-warnet di
berbagai tempat, dari kota ke desa. Kemudian kemudahan melalui telphone genggam
(HP) juga sudah bisa mengakses internet. Tempat-tempat umum seperti perkantoran
dan rumah makan juga menyediakan hotspot (wifi),
jika mampu dan pada umumnya mahasiswa dan orang-orang eksekutif (perkantoran)
menggunakan laptop+modem untuk kondisi yang lebih relax lagi. Dengan berbagai kemudahan yang ditawarkanpun
semakin meningkatkan jumlah konsumennya. Masyarakat Indonesia di kepung oleh
tawaran-tawaran yang mau tidak mau akan mereka nikmati.
Kemunculan
jejaring sosialpun saat ini banyak menyita focus
activity seseorang, bahkan sebagian orang menganggap melalui jejaring
sosial dapat mengurangi stress
pekerjaan atau pelajaran disekolah/kampus yang memusingkan. Ok anggapan itu
mungkin benar bagi sebagian orang, tapi apakah justru kenikmatan jejaring
sosial membuat terlena sebagian orang lainnya. Walaupun demikian masih ada juga
orang-orang tertentu “anti jejaring sosial”, tentunya ada pandangan extreme tersendiri oleh orang-orang ini.
Saya sendiripun termasuk orang yang memiliki akun jejaring sosial, yang secara
sadar atau tidak waktu saya sudah cukup banyak teralihkan dari focus activity yang sebenarnya. Apalagi jika
waktu yang saya gunakan itu saya kalkulasikan sejak pertama saya menggunakan
jejaring sosial itu sampai sekarang. Waw too
amazing, tidak bisa dihitung apalagi dibayangkan.
Sepertinya
predikat exist sangat membanggakan
bagi para pecinta jejaring sosial. Dan predikat master of bloger bagi para pecinta blog dan mungkin masih banyak
lagi istilah-istilah penghargaan bagi para pecinta dunia maya. Ini budaya yang
di sorot oleh para pebisnis internet, mereka bangga karena telah berhasil
membuat setting and blocking dari
perekonomian, pendidikan, bahkan mindsite
berfikir masyarakat kita termasuk saya sendiri. Prestasi yang mereka (pengusaha
internet) gapai tidak membuat mereka puas, justru berbagai pendekatan di
lakukan untuk meningkatkan pengguna internet dan meramaikan pasar di internet. Pendekatan
itu yaitu konsep iklan online yang
menempati ruang publik di halaman-halaman web yang kita kunjungi.
Iklan-iklan
ini lah yang disebar oleh para materialistis untuk mendapatkan uang (dolar),
dari link satu ke link yang lain. Bahkan pihak tertentu
tidak segan-segan menipu masyarakat dengan membuat judul link yang berkaitan dengan pendidikan, tapi setelah di klik
ternyata isinya hanyalah iklan “obat kuat untuk orang dewasa yang sudah menikah”. Seperti pagi ini saya tertarik melihat
informasi tentang formasi CPNS tahun ini berkaitan dengan jurusan saya,
judulnya cocok dengan apa yang saya mau. dengan cepat saya klik short link nya, hah??? Ternyata isinya
iklan “obat kuat laki-laki” dengan berbagai testimoni dari konsumen yang
menggunakan obat itu. Nah sekian menit waktu saya habis untuk mencari focus
saya, sampai habispun halaman web itu di baca ternyata tidak ada informasi yang
saya inginkan tadi. Secara otomatis “dunia ku dialihkan” oleh para pebisnis
itu.
Ketika saya
sadar ternyata mencari informasi yang benar saat ini lebih sulit, karena lebih
banyak iklannya. Dan baru saja semalam saya dapat informasi dari seorang teman
baru yang dia giat menulis di blog, ternyata
dia bilang semakin banyak klik iklan yang ada di blog tersebut maka
pemilik blog akan mendapatkan “upah dolar”. Okey, itu adalah sudut pandang yang
lain lagi. Tapi yang menjadi permasalahn disini adalah yang mengkonsumsi
informasi itukan dari berbagai kalangan dari anak-anak sampai orang tua. Jadi
jauhkanlah iklan-iklan yang tidak layak konsumsi dari jangkauan anak-anak. (Asnani
azzasharma/@Jogjakarta)
0 komentar:
Posting Komentar