Gaya Cari Uang Ala Sopir Travel
Panen Sayuran Kecamatan Hanakau-Sukau
Cuaca lumayan cerah akan tetapi di sebelah Barat Gunung Pesagi terlihat kabut hitam. Teman ku berkata "disana sedang hujan deras". Walaupun demikian tidak urung niat kami untuk pergi ke Danau Rananu bagian selatan yaitu tepat di Pekon Lumbok Seminung Kabupaten Lampung Barat. Danau Ranau yang masuk ke Propinsi Lampung hanya 1/4 bagian saja, selebihnya masuk ke wilayah propinsi Palembang, tepatnya tempat wisata ini berada di perbatasan kedua propinsi tersebut.
Dari Hanakau melalui kecamatan Sukau yang ibukota kecamatannya berada di balik bukit. Sepanjang perjalanan di kecamatn ini kami melihat beberapa petani berlalu lalang membawa sayuran yang diangkut menggunakan sepeda motor dan ada juga menggunakan mobil angkut pick up. Ada juga beberapa rumah yang teras depannya dipenuhi oleh karung-karung yang berisi sayuran seperti: kol, wortel, buncis, terong ungu, kentang dan masih ada yang lainnya. Melihat petani membawa hasil panen itu, saya merasa senang karena mereka bisa menikmati berbagai macam sayuran tanpa harus membeli. Akan tetapi saya tidak tahu berapa harga jual petani tersebut. Bahkan dalam mobil saya sempat bicara kepada salah seorang teman bahwa "petani sayuran kurang memiliki posisi tawar yang tinggi terhadap sayuran yang mereka miliki.Petani dianggap sebagai pihak yang sangat membutuhkan pembeli, sehingga merekapun patuh kepada harga yang ditetapkan oleh pembeli. Jika tidak begitu maka sayuran yang mereka miliki akan busuk dan merugi." Begitulah betapa ketergantungan petani dengan para pembeli tanpa harus bisa menentukan harga sendiri.
Kecamatan yang kami lalui ini memang terkenal dengan produksi sayur-mayurnya. Temanku berkata bahwa " sayur mayur tersebut dijual ke Kabupaten Lampung Tengah, Bandar Lampung bahkan pulau Jawa". Petani langsung menjual kepada pengepulnya, dan kemudian pengepul kepada distributor, selanjutnya saya juga belum tahu bagaimana alur sayuran tersebut sampai kepada konsumennya. Yang jelas ada alur yang pendek dan ada alur yang panjang, menurut saya ini dipengaruhi oleh kualitas sayuran. Sayuran yang kualitasnya biasa saja lebih cepat sampai kepada konsumen yang berjarak lebih dekat. Sementara sayuran yang kualitasnya baik akan sampai kepada konsumen yang jaraknya lebih jauh dan masuk di sistem pasar modern (mall). Hal ini juga sangat berkaitan dengan harga, biasalah segala sesuatu yang masuk ke mall akan lebih mahal karena sudah ditambah biaya pelayanan dan pajak. Namun masyarakat kota biasanya lebih suka belanja disana dibandingkan pasar tradisional karena pelayanan dan tempat yang aman nyaman, meningkatkan status seseorang dan lebih percaya bahwa segala sesuatu yang dijual di mall lebih bagus kualitasnya dibanding pasar tradisional.
Bicara kualitas sebenarnya simple saja, yaitu menggunakan bahan-bahan kiamia atau organik dalam masa produksi tanamnya. Mayoritas produsksi tanam sayuran petani dalam jumlah besar (untuk jual) menggunakan kimia mulai dari pupuk, pertisida, insektisida dan fungisida. Tentu saja ini sangat membahayakan para konsumen. Apalagi kebiasaan ibu rumah tangga yang terkadang kurang teliti tentang hal tersebut. Melihat tekstur sayuran segar dan kelihatan bersih dari pasar tanpa sadar bahwa sayuran tersebut sudah terkontaminasi oleh zat-zat kimia yang sangat berbahaya.
Tentu saja masalah ini sudah menjadi perhatian, yaitu solusinya adalah kembali ke alam yaitu pengelolaan tanaman dengan organik. Memanfaatkan potensi alam hewani dan hayati sebagai bahan penyeimbang serangga dan jamur yang lebih dikenal dengan pestisida nabati. Sementara pupuk menggunakan kotoran hewan peliharaan mereka yang dikenal dengan pupuk kandang. Namun solusi ini tidak mudah diterima oleh para petani karena dianggap ribet dan membutuhkan waktu yang lama, sementara kimia lebih instan dan mudah didapatkan. Namun demikian harus terus menerus digiatkan agar petani tidak tergantung lagi dengan bahan-bahan kimia dalam produksi sayur-mayur. Amin
Punishment and reward for achievment
Oleh-oleh dari Jogja, Matoa
Tanpa terasa kewajiban untuk menyelesaikan study di pascasarjana Sosiologi, FISIP Universitas Gadjah Mada sudah selesai. Waktu studi 3 semester dan 1 semester cuti tidak terasa, masih terniang seperti baru kemarin datang ke kota Jogja ini. Saatnya saya harus pulang ke kampung halaman, Lampung. Disana keluarga besar sudah menunggu, mereka berharap saya beraktifitas disana setelah bertahun-tahun saya merantau bekerja dan studi.
Beberapa hari sebelumnya ada hal yang penting harus saya lakukan, yaitu mencari oleh2 untuk dibawa pulang. Kalau baju dan makanan adalah hal yang sudah biasa. Jogjakarta adalah tempat yang nyaman bagi saya selama ini, benar selogan "Jogja berhati nyaman". Jadi saya harus membawa oleh2 yang sangat sepesial. seingat saya buah yang pertama kali saya kenal dan makan di Jogja adalah buah Matoa (Pomitea Pinnata). Buah asli dari hutan Papua.
Saya pikir kalau membawa oleh2 berupa baju atau makanan untuk keluarga saya, akan habis. namun kalau saya membawa pohon buah, mudah-mudahan tumbuh dan berbuah sehingga akan banyak orang yang memakannya kelak. Jadi saya membeli 3 pohon Matoa.
Hari Minggu pagi saya pergi ke SunMor (Sunday Morning) bersama teman asrama yaitu Suci. dia pernah bilang, kalau disana sering ada jualan pohon buah dan tanaman bunga. Sebelum pulang kampung, anggap saja itu adalah terakhir saya mengunjungi Sunmor. Seperti pertama kali kesana, saat baru tiba di Jogja, pasar tersebut selalu padat merayap dipenuhi oleh para penjual dan pembeli dari berbagai penjuru Jogjakarta.
Tak jauh kami berjalan dari tempat parkir sepeda motor, sambil melihat kanan dan kiri barang dagangan di sepanjang jalan dekat lembah UGM, akhirnya kami berjumpa dengan seorang bapak yang menjual tanaman hidup. Setelah saya bertanya kepadanya prihal pohon Matoa, ternyata bapak tersebut tidak membawanya. Jika saya mau, maka saya harus datang ke rumahnya dengan alamat yang tertera di brosur yang telah diberikan.
Baiklah setelah mendapatkan alamat tersebut, dan tak ingin mencari yang lain. Saya dan Suci pulang ke asrama dengan membawa belanjaan yang lain (belanja diluar rencana hehehe). Keesokannya saya dan Rambu (panggilan kepada best friend di S2 Sosiologi yaitu Irma Rasi) mencari alamat yang tertera di brosur tersebut, sebelumnya saya sudah menghubungi bapak tersebut dan membuat janji ingin bertemu untuk melihat pohon Matoa yang dia katakan. Akhirnya pagi itu Saya dan Rambu sampai di rumah yang kami tuju tepatnya di jalan Magelang.
Pohon Matoa sudah disiapkan oleh bapak penjualnya, namun sayangnya hanya 1 batang saja. Sementara saya ingin membeli 3 pohon (untuk 2 orang paman, dan 1 nya untuk Buya). Terpaksa saya harus menunggu keesokan harinya lagi untuk mendapatkan tambahannya, karena bapak penjual harus mencarikan kepada relasi penjual tanaman yang lain. Baiklah tak masalah, yang penting berhasil.
Dengan bantuan diantar jemput oleh Rambu, akhirnya saya berhasil membawa 3 pohon Matoa. Harga per pohonnya Rp.25.000, lumayan lah. Sesampai di Lampung, saya berikan kepada dua orang paman dan 1 untuk Buya, supaya ditanam di kampung masing-masing. Semoga kelak bisa berbuah dan mencicipinya. Aminnnnnnn
Catatan:
Photo diambil dari:
http://bapluhoganilir.wordpress.com/2012/07/11/mengenal-tanaman-matoa-pometia-pinnata/
Gelar Budaya- Musik Balance & Lubuk Tumi
Gelar Budaya-Kenui Bahuta
KENUI BAHUTA
Koreografer : Ismu'Atoillah
Penata Musik : Risky Febriansyah
Gelar Budaya-Muli Mesunakh
Pada tanggal 2 Juli yang lalu saya dan teman-teman Asrama Mahasiswi
Lampung (Amila) hadir dalam Pelantikan dan Gelar Budaya Himpunan Pelajar
Mahasiswa Lampung-Jogjakarta (HIPMALA). Kegiatan ini dilaksanakan di
Gedung Seni UNY. Pelantikan Ferza Imam Saputra sebagai ketua HIPMALA
beserta pengurusnya ini di hadiri oleh wakil gubernur Lampung Ir. Joko
Umar Said dan rombongan, Pangeran Edward Syah Pernong dengan gelar
Sultan Pangeran Raja Selalu Pemuka Agung Dengian
Paksi yang Dipertuan Sekala Beghak XXIII, dan para undangan yang
memenuhi gedung teater. Malam itu saya sangat senang bisa menyaksikan
secara langsung karya-karya mahasiswa/i Lampung yang sedang menuntut
ilmu di Jogjakarta. Sungguh karya-karya yang luar biasa. Berikut adalah
Sinopsis Pementasan untuk HIPMALA ku (Sansayan Sekeghumong, Pahar Agung, Muli Mesunakh, Kenui Bahuta, Musik Balance, Lubuk Tumi) yang di bagikan oleh panitia kepada para hadirin, kemudian saya share kepada Anda lewat media Blog ini.
MULI MESUNAKH
Koreografer : Aline
Penata Musik : Risky Febriansyah
Diilhami dari cerita rakyat Lampung tentang gadis-gadis yang bermain lampion dimalam ganjil bulan Ramadhan. Bermain dan berjalan disekitar kampung dengan diterangi cahaya lampion. Lampion ini juga disimbolkan sebagai karakter remaja Lampung, Mesunakh mak ketengarah yang berarti bercahaya namun tidak menyilaukan.
Selamat menyaksikan !!!
Gelar Budaya- Tari Pahar Agung
Gelar Budaya-Sansayan Sekeghumong
Goog Fraud and Stupid girl (1)
to be continue ______________________________
picture was taken from: http://tikknara.blogspot.com/2012/03/cyber-crime.html