Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Configure your calendar archive widget - Edit archive widget - Flat List - Newest first - Choose any Month/Year Format

Punishment and reward for achievment

Hari yang cerah namun terasa panas dan lelah sore hari ini. Seorang adik bungsu ku berkata setelah ia menyambutku datang dari bekerja. Ia meminta dibelikan sesuatu makanan untuk diberikan kepada guru kelasnya pada 2 hari yang akan datang saat pembagian rapor. Hal tersebut mengingatkan ketika aku sekolah dasar pada tahun 91-97 di SDN 4 Kota Alam, Kota Bumi. Setiap pembagian rapor selalu minta direbuskan telur 3 butir kepada ibu, 2 butir untuk diberikan kepada guru dan 1 butir dimakan di kelas bersama teman yang juga membawa telur.

Hal tersebut diatas kami lakukan untuk memberikan ucapan terimakasih kepada wali kelas yang telah lelah menulis rapor kami. Memakan telur bersama-sama untuk merayakan hasil kerja keras selama satu semester dan berharap mendapatkan nilai yang memuaskan. Rupanya sama dengan adikku sekarang (2012) yang meminta dibawakan sesuatu makanan untuk gurunya sebagai tanda ucapan terimakasih, namun berbedanya sekarang tidak lagi telur melainkan roti atau sejenis biskuit. Pemberian ini sifatnya sukarela, tidak diharuskan. Bahkan seorang ibu dari temannya adikku (tetangga kami) mengatakan "untuk semester pertama tidak perlu membawa oleh2 untuk guru, nanti pembagian rapor kenaikan kelas membawa makanan untuk guru".

 Mendengar berita bahwa dua hari lagi adikku akan bagi rapor, maka aku membuat kesepakatan kepadanya atas prestasinya kelak. Aku selalu menjanjikan hadiah kepadanya jika mendapatkan ranking 1-3 dan tak lupa sanksi jika nilainya terdapat angka merah. Memberikan hadiah kepadanya adalah sebagai tanda bahwa kita mendukung ia untuk berprestasi, sehingga demikian ia akan lebih semangat. Sementara sanksi diberikan kepadanya agar ia meningkatkan semangat belajarnya.

Hari ini tibalah pembagian rapornya, pukul 09.00 kelas 4,5 dan 6 dikumpulkan dan berbaris sesuai kelasnya di halaman sekolah. Terik matahari pagi yang menyengat membuat beberapa siswa enggan berbaris ditempat yang panas. Guru yang memandu berbaris tersebut mengatakan bahwa sinar matahari pagi baik untuk tubuh kita terutama tulang. Setelah berbaris rapi seorang guru membacakan nama-nama siswa yang mendapat ranking 1-3 di kelas. Nama-nama yang dipanggil maju ke podium depan untuk berbaris dan mendapatkan hadiah dari pihak sekolah. Sebenarnya hadiah tersebut tidak seberapa nilainya, setara dengan harga buku tulis 1-3 buah. Namun itulah yang membuat mereka senang dan bangga akan prestasinya. Semoga saja yang tidak mendapatkan hadiah, termotivasi untuk mendapatkannya diperiode yang akan datang.

Setelah pembagian hadiah, anak-anak digiring masuk kelasnya bersama orang tua masing-masing. Disaksikan orang tua wali anak-anak mengambil rapornya. Mereka yang mendapatkan ranking kelas di dominasi oleh siswa perempuan. Saya belum tahu apa penyebab hal ini bisa terjadi, namun secara umum ibu guru mengatakan bahwa siswa laki-laki lebih malas belajar dibandingkan siswa perempuan. Bagi mereka yang memiliki nilai kurang, ibu guru langsung memberikan nasehat kepada siswa dan orang tua untuk lebih rajin belajar dirumah. Catatan bagi siswa kelas 5, akan diberikan kesempatan untuk naik ke kelas 5. Mereka diberikan kesempatan untuk belajar selama 3 bulan percobaan, namun jika setelah 3 bulan tersebut dirasa belum mampu belajar di kelas 6 akan diterima kembali dikelas 5. Skema tersebut cukup memberikan tekanan positif kepada siswa yang merasa kurang.

Apapun bentuknya, semoga tetap semangat .......!!!


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar